Insya Allah jum’at depan tanggal 26 September 2008 saya sekeluarga mau pulang kampung ke Padang Guci. Berangkat kira-kira jam 9 malam, kebetulan kakak saya bawa mobil jadinya nebeng ama dia. Sebetulnya awalnya saya tidak ada rencana pulang karena dari dulu sudah dijadwalkan pulang kampung 2 tahun sekali dan tahun kemarin sudah pulang jadi tahun ini rencananya lebaran di Cileungsi saja.
Merayakan lebaran bukan di kampung halaman memang sangat terasa asing sekali, gak tahu kenapa? tapi kalau di pikir-pikir prinsip budaya hemat secara ekonomi, justru tidak berlaku dalam tradisi mudik atau pulang kampung ini. Bayangkan, para perantau harus bekerja membanting tulang dan menabung selama berbulan-bulan. Namun, hasil kerja keras tersebut dihambur-hamburkan dalam waktu relatif singkat hanya untuk mudik. Benar juga sech, oleh sebab itu lah saya nebeng kakak saya biar agak menekan biaya…he..he..
Ada hal lain juga sebetulnya yang membuat saya memaksakan pulang yaitu ingat Ibu saya yang sudah “umur” sebelum puasa saya sempat telpon beliau untuk untuk mohon maaf lahir bathin. Sebelum menutup telpon beliau nanya “Gimana lebaran, pulang kampung gak?”. Saya jawab “Insya Allah Bu”. Bukannya saya ngedoain ibu saya tapi saya takut ini Idul Fitri terakhir saya bisa mencium tangan beliau secara langsung. Harapannya diberi umur panjang dan kesehatan tentunya tapi kita tidak tahu rahasia Allah, bisa jadi saya duluan yang ambilNya. Untuk itu mohon do’a restunya agar perjalanan pulang kampung kami nanti tidak ada hambatan apa pun. Amin…